Keesokan
harinya kami sudah siap untuk mempresentasikan paper kami, dalam presentasi
terebut dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan sub tema yang sudah ditentukan
oleh panitia. Kami dengan sub tema Kesuksesan Otonomi Daerah merupakan Refleksi
atas Semangat Kepemimpinan bersama perwakilan dari UGM yang mengangkat tentang
keberhasilan otonomi daerh Kabupaten Bantul, Universitas Mulawarman mengangkat
tentang keberhasilan otonomi daerah di Kota Tarakan, UNY yang mengakat
keberhasilan progam Sri Sultan, Univeristas Palangkarya mengangkat kebijakan
kepala daerah Palangkaraya yang memksimalkan putra daerah dan UNEJ Jember yang
mengangkat keberhasilan kepemimpinan Bupati Jember. Kami memasuki ruangan yang
AC nya sangat dingin,sampai saya harus berkali-kali ke kamar mandi. Presentasi
pertama berasal dari perawailan Universitas Mulawarman. Dan sampai juga pada
giliran TIM Satria Airlangga, kami memutuskan Genut dan Cindy untuk memaparkan
paper.
Kami mendapatkan sambutan dan pujian dari para peserta, bahkan kawan
kami dari Universitas Palangkaraya memuji Genut sudah seperti dosen saja dalam
memaparkannya. Genut pun terpilih menjadi Best dilegasi untuk mewakili membacakan
hasil dari konferensi besok di gedung Nusantara atau lebih dikenal dengan Gedung
MPR RI. Namun dalam penyerahan plakat best delegation, genut tidak bisa maju
kedepan, karena sedang mengalami gangguan perut dan pergi ke toilet. kemudian penyerahan plakatnya diwakili oleh Cindy
Semua sepakat keberhasilan otonomi daerah
tersebut tergantung pada pemimpin daerah. Otonomi daerah dapat berjalan dengan
baik jika pemimpinya memiliki capability yang mumpuni serta atitude yang baik. Gaya
kepemimpinan bukan faktor terpenting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat,
yang menjadi point dalam keberhasilan memimpin suatu daerah adalah
kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Dukungan rakyat pun juga mejadi bagian
terpenting dalam mensukseskan otonomi daerah. Karena partisipasi masyarakat
sangat diperlukan untuk menjalankan progam-progam dari pemerintah. Sedangkan pemekaran
wilayah menjadi salah satu cara untuk mendukung otonomi daerah. Daerah diberikan
wewenang yang lebih untuk mengatur rumah tangganya sendiri.Namun otonomi daerah
juga memiliki dampak negatif, yaitu munculnya raja-raja kecil di daerah yang
memiliki kekuasaan baru dan menyebabkan tingkat pidana korupsi di daerah
meningkat. Selain itu juga terjadi monarki kekuasaan. Banyak sekali kepala
daerah yang jabatanya diberikan pada keluarganya.
Setelah
pemaparan dari masing-masing kelompok, kami digiring ke dalam aula FISIP UI,
kami kedatangan tamu yang sangat hebat. Yaitu mantan wakil presiden Indoneseia
Bapak Jusuf Kalla. Beliau menyempatkan hadir untuk memberikan pemikiranya
tentang otonomi daerah. Setelah nunggu beberapa jam akhirnya beliau datang dan
duduk tepat di depan saya. Saya sempat berjabat tangan dengan beliau dan
rasanya seperti mimpi. Hahahaha
Sore harinya kami jalan-jalan di perpustakaan Universitas Indonesia dan menikmati suasana sana sore hari di danau.
Hari
terakhir berkunjung ke DPR RI, berangkat dari wisma pukul 7 pagi dengan naik 2
bus kuning UI. Jalanan ibukota pun macet dan membuat saya teritdur di bus. Setelah
sekitar 2 jam, kami sampai di Gedung MPR RI. Setelah itu kami masuk kedalam
ruang pertemuan yang tempat tepat dibawah ruang sidang paripurna.
Sebelum masuk ruang pertemuan saya pergi ke toilet, dinding keramik kelas 1, luas, bersih, harum dan bisa buat kaca. sama kamar kost saya bagusan toilet di gedung DPR. hahaha
Disana kami
di sambut langsung oleh ketua komisi II DPR RI Bapak Agun Gunanjar Sudarsa.
Maksud kedatangan kami adalah memberikan hasil dari konferensi selama 3 hari di
Universitas Indonesia.
Dengan bangga best delegation Genut Wahyu membacakan
hasil dari konferensi tersebut dan di terima oleh perwakilan dari DPR RI.
Setelah
itu pun kami diberi wawasan luas tentang dunia politik khususnya birokrasi
Indonesia yang harus segera diperbaiki. Bapak Agun pun juga memaparkan
bagaimana sulit dan rumitnya dalam membuat sebuah kebijakan. Karena mereka juga
meminta bantuan para ahli dibidang tersebut, namaun sesama para ahli itu pun
memiliki pemikiran yang berbeda. Akhirnya sulit sekali untuk merumuskan sebuah
kebijakan jika para ahlinya saja tidak bisa sepakat. Kami juga dikasih bocoran
jika komisi II DPR RI sedang membahas rancangan undang-undang tentang peraturan
desa yang akan kembali diadakan. Berdasarkan konsep desentralisasi yang
diimplementasikan kedalam otonomi daerah, seharusnya uang yang beredar itu
lebih banyak di daerah bukan di pusat. Maka dari itu rencananya 10% dari APBN
akan dibuat untuk seluruh desa di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adalah
apakah pemerintah desa mampu menggunakan uang tersebut. Dalam pikiran saya akan
banyak kepala desa yang memiliki rumah baru yang penuh jeruji besi. Karena dalam
tingkat pemerintah kota saja banyak yang korupsi.Oleh sebab itu rancangan
undang-undang ini masih sulit di selesaikan. Dari situ saya mulai sadar betapa
sulitnya menjadi wakil rakyat yang mewakili aspirasi seluruh masyarakat
Indonesia yang memiliki pemikiran berbeda. Kita sebagai mahasiswa berperan
aktif untuk membantu memecahkan berbagai permasalahan dengan memberikan solusi
yang matang dan tidak hanya mengkritik saja.
Setelah pertemuan itu kami menuju
ruang paripurna I, kami hanya diperbolehkan mengambil foto 15 menit. Saya merasa
belum percaya bisa sampai gedung ini.
Saksi bisu kekuatan mahasiwa pada era
reformasi.
Matahari
sudah condong ke barat tanda kita harus berpisah untuk sementara. Berawal dari
berbagai daerah, suku, bahasa, dan pemikiran yang berbeda tetapi satu tujuan
yang sama untuk Indonesia yang bersih. Kami dapat tiket hari jumat, maka kami
memutuskan untuk tinggal 1 malam dirumahnya cindy. Panitia pun mengantar kami
ke stasiun. Setelah itu kami naik KRL ekonomi menuju Kemayoran. Setelah itu
kami naik bemo, pengalaman yang mengasyikan. Keesokan harinya kami memutuskan
untuk jalan-jalan ke Monas.
Kereta mobil yang merupakan kendaraan untuk mengamgkut pengunjung dari parkir area ke tugu monas
Pintu masuk tugu monas
Tugu yang dilapisi emas yang hanya bisa dinikamati
dari TV saja, kini saya sudah bisa naik ke atas dan melihat wajah ibukota yang dipenuhi
gedung pencakar langit.
Terlihat pemandangan yang menurut saya sedikit aneh dan
mengganggu pikiran saya. Terdapat masjid megah dan berdampingan dengan gereja
yang anggun. Sebuah pluralisme dan saling menghargai perbedaan dengan satu tujuan
untuk persatuan Indonesia. Saya dapat melihat istana negara dan gedung
pemerintahan lainya.
Tidak terasa hari sudah siang dan waktunya saya haru
bergegas ke stasiun untuk meninggalan kota metropolitas yang perlu dipecahkan
beberapa permaslahan. Senang, bahagia dan tentunya bangga. Pengalaman yang
tidak dapat dilupakan.
Terimakasih kakak panitia dari Universitas Indonesia,