Selasa, 03 September 2013

Keesokan harinya kami sudah siap untuk mempresentasikan paper kami, dalam presentasi terebut dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan sub tema yang sudah ditentukan oleh panitia. Kami dengan sub tema Kesuksesan Otonomi Daerah merupakan Refleksi atas Semangat Kepemimpinan bersama perwakilan dari UGM yang mengangkat tentang keberhasilan otonomi daerh Kabupaten Bantul, Universitas Mulawarman mengangkat tentang keberhasilan otonomi daerah di Kota Tarakan, UNY yang mengakat keberhasilan progam Sri Sultan, Univeristas Palangkarya mengangkat kebijakan kepala daerah Palangkaraya yang memksimalkan putra daerah dan UNEJ Jember yang mengangkat keberhasilan kepemimpinan Bupati Jember. Kami memasuki ruangan yang AC nya sangat dingin,sampai saya harus berkali-kali ke kamar mandi. Presentasi pertama berasal dari perawailan Universitas Mulawarman. Dan sampai juga pada giliran TIM Satria Airlangga, kami memutuskan Genut dan Cindy untuk memaparkan paper. 

Kami mendapatkan sambutan dan pujian dari para peserta, bahkan kawan kami dari Universitas Palangkaraya memuji Genut sudah seperti dosen saja dalam memaparkannya. Genut pun terpilih menjadi Best dilegasi untuk mewakili membacakan hasil dari konferensi besok di gedung Nusantara atau lebih dikenal dengan Gedung MPR RI. Namun dalam penyerahan plakat best delegation, genut tidak bisa maju kedepan, karena sedang mengalami gangguan perut   dan pergi ke toilet. kemudian penyerahan plakatnya diwakili oleh Cindy


 Semua sepakat keberhasilan otonomi daerah tersebut tergantung pada pemimpin daerah. Otonomi daerah dapat berjalan dengan baik jika pemimpinya memiliki capability yang mumpuni serta atitude yang baik. Gaya kepemimpinan bukan faktor terpenting untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, yang menjadi point dalam keberhasilan memimpin suatu daerah adalah kebijakan-kebijakan yang pro rakyat. Dukungan rakyat pun juga mejadi bagian terpenting dalam mensukseskan otonomi daerah. Karena partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk menjalankan progam-progam dari pemerintah. Sedangkan pemekaran wilayah menjadi salah satu cara untuk mendukung otonomi daerah. Daerah diberikan wewenang yang lebih untuk mengatur rumah tangganya sendiri.Namun otonomi daerah juga memiliki dampak negatif, yaitu munculnya raja-raja kecil di daerah yang memiliki kekuasaan baru dan menyebabkan tingkat pidana korupsi di daerah meningkat. Selain itu juga terjadi monarki kekuasaan. Banyak sekali kepala daerah yang jabatanya diberikan pada keluarganya.

Setelah pemaparan dari masing-masing kelompok, kami digiring ke dalam aula FISIP UI, kami kedatangan tamu yang sangat hebat. Yaitu mantan wakil presiden Indoneseia Bapak Jusuf Kalla. Beliau menyempatkan hadir untuk memberikan pemikiranya tentang otonomi daerah. Setelah nunggu beberapa jam akhirnya beliau datang dan duduk tepat di depan saya. Saya sempat berjabat tangan dengan beliau dan rasanya seperti mimpi. Hahahaha




Sore harinya kami jalan-jalan di perpustakaan Universitas Indonesia dan menikmati suasana sana sore hari di danau. 


Hari terakhir berkunjung ke DPR RI, berangkat dari wisma pukul 7 pagi dengan naik 2 bus kuning UI. Jalanan ibukota pun macet dan membuat saya teritdur di bus. Setelah sekitar 2 jam, kami sampai di Gedung MPR RI. Setelah itu kami masuk kedalam ruang pertemuan yang tempat tepat dibawah ruang sidang paripurna.


Sebelum masuk ruang pertemuan saya pergi ke toilet, dinding keramik kelas 1, luas, bersih, harum dan bisa buat kaca. sama kamar kost saya bagusan toilet di gedung DPR. hahaha


 Disana kami di sambut langsung oleh ketua komisi II DPR RI Bapak Agun Gunanjar Sudarsa. Maksud kedatangan kami adalah memberikan hasil dari konferensi selama 3 hari di Universitas Indonesia.

 Dengan bangga best delegation Genut Wahyu membacakan hasil dari konferensi tersebut dan di terima oleh perwakilan dari DPR RI.


 Setelah itu pun kami diberi wawasan luas tentang dunia politik khususnya birokrasi Indonesia yang harus segera diperbaiki. Bapak Agun pun juga memaparkan bagaimana sulit dan rumitnya dalam membuat sebuah kebijakan. Karena mereka juga meminta bantuan para ahli dibidang tersebut, namaun sesama para ahli itu pun memiliki pemikiran yang berbeda. Akhirnya sulit sekali untuk merumuskan sebuah kebijakan jika para ahlinya saja tidak bisa sepakat. Kami juga dikasih bocoran jika komisi II DPR RI sedang membahas rancangan undang-undang tentang peraturan desa yang akan kembali diadakan. Berdasarkan konsep desentralisasi yang diimplementasikan kedalam otonomi daerah, seharusnya uang yang beredar itu lebih banyak di daerah bukan di pusat. Maka dari itu rencananya 10% dari APBN akan dibuat untuk seluruh desa di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah pemerintah desa mampu menggunakan uang tersebut. Dalam pikiran saya akan banyak kepala desa yang memiliki rumah baru yang penuh jeruji besi. Karena dalam tingkat pemerintah kota saja banyak yang korupsi.Oleh sebab itu rancangan undang-undang ini masih sulit di selesaikan. Dari situ saya mulai sadar betapa sulitnya menjadi wakil rakyat yang mewakili aspirasi seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki pemikiran berbeda. Kita sebagai mahasiswa berperan aktif untuk membantu memecahkan berbagai permasalahan dengan memberikan solusi yang matang dan tidak hanya mengkritik saja. 

Setelah pertemuan itu kami menuju ruang paripurna I, kami hanya diperbolehkan mengambil foto 15 menit. Saya merasa belum percaya bisa sampai gedung ini. 


Saksi bisu kekuatan mahasiwa pada era reformasi.



Matahari sudah condong ke barat tanda kita harus berpisah untuk sementara. Berawal dari berbagai daerah, suku, bahasa, dan pemikiran yang berbeda tetapi satu tujuan yang sama untuk Indonesia yang bersih. Kami dapat tiket hari jumat, maka kami memutuskan untuk tinggal 1 malam dirumahnya cindy. Panitia pun mengantar kami ke stasiun. Setelah itu kami naik KRL ekonomi menuju Kemayoran. Setelah itu kami naik bemo, pengalaman yang mengasyikan. Keesokan harinya kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Monas. 

Kereta mobil yang merupakan kendaraan untuk mengamgkut pengunjung dari parkir area ke tugu monas

Pintu masuk tugu monas

Tugu yang dilapisi emas yang hanya bisa dinikamati dari TV saja, kini saya sudah bisa naik ke atas dan melihat wajah ibukota yang dipenuhi gedung pencakar langit.

 Terlihat pemandangan yang menurut saya sedikit aneh dan mengganggu pikiran saya. Terdapat masjid megah dan berdampingan dengan gereja yang anggun. Sebuah pluralisme dan saling menghargai perbedaan dengan satu tujuan untuk persatuan Indonesia. Saya dapat melihat istana negara dan gedung pemerintahan lainya. 

Tidak terasa hari sudah siang dan waktunya saya haru bergegas ke stasiun untuk meninggalan kota metropolitas yang perlu dipecahkan beberapa permaslahan. Senang, bahagia dan tentunya bangga. Pengalaman yang tidak dapat dilupakan.



Terimakasih kakak panitia dari Universitas Indonesia,
Senin 11 maret 2013 tepatnya pukul 13.00 pembagian kamar oleh panitia, satu kamar diisi oleh 4 perwakilan mahasiswa yang berbeda universitas. Saya masuk kamar 302 bersama Miftah perwakilan dari Univeritas Gajah Mada , Aditya perwakilan dari Univeristas Negeri Jember dan Irfan dari Unversitas Mulawarman. 

Saya mendapatkan teman baru dari berbagai universitas yang berbeda, tapi kami sepakat dalam satu tujuan untuk menjadikan birokrasi negara ini lebih baik, khususnya bebas dari koruptor. Agenda pertama adalah welcome party yang akan diselenggarakn pukul 18.00, saya pun meyiapkan diri untuk menghadiri acara tersebut. Acara di buka dengan penampilan akustik dari mahasiwa UI, kemudiam penampilan beatbox dari kak Jafar salah satu panitia. Penampilanya memukai seluruh peserta. Kemudian acara selanjutnya adalah perkenalan seluruh peserta. Terdapat 16 TIM yang terdiri dari berbagai univerisitas yang berbeda di seluruh indonesia. Himaistra Universitas jember mengirimkan dua TIM, Himanega Universitas Mulawarman mengirimkan 2 TIM, Universitas Indonesia, UNY mengirimkan 3 TIM yaitu Siagara, Bravo, Basigara, Satria Airlangga dari Universitas Airlangga, Himane Tanjung Nyaho Universitas Palangkaraya, Universitas Sumtra Utara mengirimkan 2 TIM USU TIM B dan USU TIM C, Gamapi I dan Gamapi II dari Universitas Gajah Mada, Universitas Bengkulu mengirimkan 2 delegasi Unib 1 dan Unib 2, Himara dari Universitas Sriwijaya dan terakhir Citizen Charter dari Universitas Udayana Bali.





Hari kedaua dari Konnas UI kami kedatangan tamu istimewa, mereka adalah Walikota Surabaya Ibu Risma dan Gubernur Jawa Barat Bpk Ahmad Heryaman. kami diberi wawasan yang luas tentang peran penting otonomi daerah yang sudah beliau laksanakan di masing-masing daerahnya. Banyak sekali kekurangan dan kelebihan dari otonomi daerah. Saya duduk di tepat belakang kursi Ibu Risma dan Bpk A. Heryawan. Saya sangat terkejut ketika Ibu Risma menyapa kami dan menanyakan kapan pulang ke Surabaya. Sosok yang sederhana dan ramah seorang pemimpin yang membuat saya kagum sampai saat ini. Setelah acara dialog selesei kami melakukan foto bersama. Saya berdiri tepat di samping Bapak Ahmad Heryawan. Kesemptan tersebut tidak saya lewatkan begitu saja. Beliau saya ajak berdiskusi tentang progam pendidikan gratis siswa SMA, SMP, dan SD. Saya menilai progam tersebut sangat bagus, tapi dilaksanakan dengan asal-asalan dan kurang serius. SPP grati tapi kualitas sekolah tersebut jadi menurun, karena dana bantuan dari pemerintah daerah tidak bisa menutupi akomodasi fasilitas sekolah, akhirnya sekolah-sekolah tersebut tidak bisa bersaing. Saya melihat progam tersebut hanya untuk pencitraan saja. Spontanitas Bapak Ahmad Heryawan menyanggah pernyataan saya, beliau bilang semua sudah diperhitungkan. Yang menjadi permasalahan adalah mengenai komunikasi pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten atau kota. Beliau sangat sulit sekali memanggil kepala daerah untuk rapat bersama dan membahas berbagai pokok permasalahn di daerah. Hanya sekitar 25 % saja yang dapat hadir dalam setiap rapat. Banyak sekali para walikota dan bupati yang hanya mengirimkan perwakilan saja, padahal pemberitahuannya sudah berjauh hari. Selain itu juga sering lepas tanggung jawab ketika ada permasalahan dan saling berebut jika terdapat daerah yang memiliki potensi menghasilkan uang.



 Setelah berfoto bersama para narasumber langsung bergegas meninggalkan tempat. Kami secara spontanitas berlari mengejar Ibu Risma dan akhirnya dapat berfoto bersama hanya 1 tim saja. Namun ada beberapa kejadian yang sedikit lucu, dalam pemaparan Bu Risma tentang perkembangan Kota Surabaya, Bu Risma menyatakan bahwa Surabaya sudah tidak Banjir lagi dan menantang para peserta datang untuk mengecek keadaam di sana. Namun sore harinya, ketika acara hari ke dua sudah selesei dan kembali ke wisma. Saya mendapatkan telephon dari temen kost, dia bilang kostnya lagi kebanjiran. Untung saja peristiwa tersebut tidak sampai masuk media dan temen-temen Konnas tidak ada yang tau.hahahaha,

Malam hari nya saya di ajak teman sekamar untuk nongkrong di kantin wisma UI, di sana teman-teman lainya sudah menunggu. Kami semua membanggakan prestasi dari masing-masing Universitas. Anak UGM yang bangga dengan Jakowi, Anak UI yang sudah menelurkan politisi-politisi hebat. Sedangkan saya membanggakan seorang politisi berasal dari kota dan univeritas yang sama dan baru saja naik daun dan langsung tenggelam karena kasus korupsinya. Anas Urbaningrum. Kawan-kawan dari UGM dan UI membuat gurauan tentang kasus Anas yang akan di gantung di Monas, mereka bilang baru saja ada politisi naik daun dari timur, sudah tenggelam lagi dan unair memang pencipta koruptor (dengan nada bercanda) Kemudian saya menjawab, Anas itu memang lulusan Unair, Dia S1 mengambil ilmu politik. Pada saat itu dia masih bersih dalam urusan politik. Kemudian S2 nya Anas mengambil di UI, di sini dia mulai terpengaruh politik kotor, dan terakhir dia S3 mengambil di UGM, ini yang paling mengotori. Jadi universitas mana yang melahirkan dan menciptakan para koruptor? Hahahaha, ini semua hanya guraun untuk saling mengakrabkan persaudaraan. Kami tidak ada yang tersinggung dan tidak ada dendam. Semakin malam obrolan pun semakin seru, kami membahas isu-isu capres 2014 dan kasus-kasus yang sedang dihadapi oleh pemerintah. Namun saya harus segera kembali ke Wisma untuk mempersiapkan presentasi paper kami esok hari. Di sana saya sudah ditunggu Genut, Wahyu, dan Angga. 

Diskusi tersebut sangat alot dan tidak menemukan titik temu topik yang akan dipaparkan. Karena paper yang kami angkat sangat luas dan kurang spesifik, akhirnya setelah beberapa jam kami berdiskusi mulai dapat menemukan benang merah yang lebih spesifik dari paper kami.

Ketika di kereta api perjalanan pulang ke kota blitar, telpon berdering tanda  sms masuk dari seorang teman. Isi massage tesebut ajakan untuk mengikuti konfrensi mahasiswa di Universitas Indonesia. Konferensi ini bernama Konferensi Nasional Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara III dengan tema “Hitam Putih Otonomi Daerah dengan tema pokok “Menyibak Perjalanan Implementasi Otonomi Daerah Negara Indonesia”. Adapun subtema dari acara ini adalah:
a. Kesuksesan Otonomi Daerah: Refleksi atas Semangat Kepemimpinan
b. Pemekaran Wilayah, Langkah Awal Integrasi atau Disintegrasi Indonesia?
c.     Partisipasi Masyarakat: Kunci di balik Kesuksesan Pemerintah Daerah
Dari tema tersebut tim kami yang beranggotakan 4 orang (Prisca Cindy,Genut Wahyu, I.G.A Angga, dan Wildan Taufika Raharja) mengambil sub tema yang pertama bahwa kesuksesan otonomi daerah tersebut  merupakan refleksi atas semangat kepemipinan . Alhamdulillah paper kami diterima dan berhak mewakili Universitas airlangga dalam konfrensi mahasiswa Ilmu Administras Negara di Universitas Indonesia.  Namun dalam konfrensi tersebut setiap mahasiswa diharuskan membayar akomodasi yang telah ditentukan dan kami berterimkasih kepada pihak fakultas yang sudah memberikan sumbangan dana. Karena tidak pesan tiket kereta api jauh hari, kami kehabisan tiket kelas ekonomi dan mau tidak mau harus membeli tiket kelas bisnis yang harga nya tiga kali lipat dari harga ekonomi. Harga tersebut  kurang sesuai dengan kantong mahasiwa. hahaha.
Petualangan pun dimulai dari Stasiun Gubeng Kota Surabaya, Pukul 1 siang kami sudah berkumpul di stasiun dan kurang lebih 3 jam kami menunggu, kereta api pun berangkat  mulai meninggalkan kota pahlawan dan menuju ibukota. Dalam perjalanan pun kami terlibat diskusi sampai satu persatu dari kawan kami tertidur. Ketika kami semua terbius dinginnya malam dan suara kereta api yang bising. Handphone dari salah satu teman kami berdiring, Genut mendapatkan sebuah massage dari teman SMAnya di Trenggalek. Sebut saja Jumrotul,dia ternyata juga mengikuti konnas AN di UI perwakilan dari Universitas Negeri Yogjakarta. Kawan kami pun semakin semangat dan ingin segera sampai di kampus kuning.  Setelah lebih dari 14 jam di dalam kereta, kami pun sampai di Stasiun Kota. Dari stasiun kota kami harus naik KRL menuju depok tepatnya stasiun UI.


 Minggu sekitar Pukul 10 pagi kami sampai di stasiun UI dan sudah ada panitia yang  siap menjemput kami untuk mengantarkan ke wisama UI. Karena acara dan jadwal check in dari panitia hari senin, maka kita harus merogoh uang saku sendiri untuk menginap semalam. Tim kami terdiri dari 3 cowok dan 1 cewek dan tidak mungkin booking 1 kamar. Jumrotul teman SMA genut ternyata juga mengalami permasalahan yang sama. Akhirnya kami bergabung dengan perwakilan UNY dan memasan 1 kamar untuk cowok dan 1 kamar lagi untuk cewek. Kami memiliki keluarga baru.

Karena acaranya dimulai esok hari,  kami jalan-jalan ke kota tua. Sayangnya genut tidak ikut dan lebih memilih untuk mempersiapkan diri di konfresi nanti. Bersama teman-teman dari UNY kami naik KRL kelas Ekonomi menuju Stasiun Kota. Dalam kereta tersbut saya melihat betapa banyaknya permaslahan transportasi umum yang harus di perbaiki. Kami duduk di gerbong yang paling belakang, karena penumpangnya tidak terlalu rame. Ketika kereta berjalan 15 menit, terdapat segrombolan pemuda datang dari gerbong depan, mereka berjalan sempoyongan dan ngomong yang gak jelas. Penumpang sebelah saya berbisik,”Mas, kamu baru nymapek sini ya? Tolong temen-temnya di ajak ke gerbong depan yang rame. Di sini bahaya, banyak pemalak”. KRL klas ekonomi dengan harga tiket Rp 2.000, murah tapi tidak aman dan perlu penambahan personel keamanan yang lebih banyak demi terciptanya transportasi umum yang murah, efisen dan aman. Setelah beberapa menitpun kami sampai di Stasiun Kota. Kami menikmati udara malam hari di kota metropolitan, lensa kamera pun tak berhenti bekerja demi mengabadikan perjalanan kami.


  Dari Stasiun Kota, kami bergegas melanjutakan perjalan kami untuk melihat peninggaln sejarah yang lainya. Setelah berjalan beberapa menit, terlihat bangunan tua yang berarsitektur gaya eropa. Kami menyebutnya museum fatahilah. Kami hanya bisa menikati keindahan taman fatahilah saja, karena museumnya tutup pada malam hari. Terdapat sepasang ondel-ondel untuk berfoto bersama, tentunya juga memberikan ongkos pada yang punya. Hahaha. Setelah puas berfoto di taman fatahila, saya berjalan-jalan di sekiling museum, banyak sekali pedagang kaki lima dan para pemuda-pemudi yang sedang memadu kasih. Adapun pemuda atau pemudi yang sedang mencari pasanganya. Tidak lupa saya mencoba masakan khas betawi, kerak telur. Tidak terasa jam pun sudah menunjukan pukul 10 malam, kami harus bergegas ke stasiun kereta api. Sampai disana kami memutuskan untuk naik KRL klas AC dengan harga Rp 8.000,- karena kami anggap lebih aman setelah kejadian di KRL klas Ekonomi. KRL terakhir menuju depok pun berangkat dengan penumpang yang tidak terlalu ramai. KRL tersbut sangat nyaman, kursi yang lembut, ruangan bersih dan harum.

 Setelah beberapa menit di kereta, masuk seorang yang terlihat sudah tua, berpakain kemeja putih yang kotor, memakai tongkat dan beberpa barang bawaan.  Kemudian orang tua tersebut dihampiri oleh petugas kereta api dan menanyakan tiket. Ternyata pak tua tersebut tidak  membili tiket dan petugas meminta untuk membayar di kereta  saja. Namun pak tua mengaku tidak punya uang sedangkan di sakunya terlihat selembar uang Rp 50.000,- .  Petugas tersebut sangat dilematis. Hati nuraninya ingin membantu dengan membiarkan pak tua tersebut, namun di sisi lain petugas tersebut harus menjalakan tugas dan bertanggung jawab dengan seragamnya. Akhirnya petugas tersebut dengan perasaan terpaksa mengusir orang tua itu. Namun di sebalah saya ada wanita setengah tua yang membela orang tua, wanita itu ingin orang tua tersebut dibiyarkan saja. Akhirnya terjadi keributan di dalam kereta. Kemudian muncul seorang pria, beramput cepak, memakai kaos putih polos. Dia mengaku berasal dari pegawai kereta pusat namun sedang tidak bertugas, kemudian memberikan arahan. Bahwa yang dilakukan petugas tersebut benar, karena dia memiliki tanggung jawab pada atasanya. Jika tidak melakukan pekerjaanya, maka petugas tersebut bisa mendapatkan hukuman. Dari situ kita dapat pelajaran berharga, bahwa kadang peraturan itu tidak sesuai dengan hati nurani, teori tidak selalu bisa diterapkan di lapangan. Perlu pengkajian lebih dalam untuk membuat suatu peraturan yang lebih sempurna.