Senin
11 maret 2013 tepatnya pukul 13.00 pembagian kamar oleh panitia, satu kamar
diisi oleh 4 perwakilan mahasiswa yang berbeda universitas. Saya masuk kamar
302 bersama Miftah perwakilan dari Univeritas Gajah Mada , Aditya perwakilan
dari Univeristas Negeri Jember dan Irfan dari Unversitas Mulawarman.
Saya
mendapatkan teman baru dari berbagai universitas yang berbeda, tapi kami
sepakat dalam satu tujuan untuk menjadikan birokrasi negara ini lebih baik,
khususnya bebas dari koruptor. Agenda pertama adalah welcome party yang akan
diselenggarakn pukul 18.00, saya pun meyiapkan diri untuk menghadiri acara
tersebut. Acara di buka dengan penampilan akustik dari mahasiwa UI, kemudiam
penampilan beatbox dari kak Jafar salah satu panitia. Penampilanya memukai
seluruh peserta. Kemudian acara selanjutnya adalah perkenalan seluruh peserta.
Terdapat 16 TIM yang terdiri dari berbagai univerisitas yang berbeda di seluruh
indonesia. Himaistra Universitas jember mengirimkan dua TIM, Himanega
Universitas Mulawarman mengirimkan 2 TIM, Universitas Indonesia, UNY
mengirimkan 3 TIM yaitu Siagara, Bravo, Basigara, Satria Airlangga dari
Universitas Airlangga, Himane Tanjung Nyaho Universitas Palangkaraya,
Universitas Sumtra Utara mengirimkan 2 TIM USU TIM B dan USU TIM C, Gamapi I
dan Gamapi II dari Universitas Gajah Mada, Universitas Bengkulu mengirimkan 2
delegasi Unib 1 dan Unib 2, Himara dari Universitas Sriwijaya dan terakhir
Citizen Charter dari Universitas Udayana Bali.
Hari
kedaua dari Konnas UI kami kedatangan tamu istimewa, mereka adalah Walikota Surabaya
Ibu Risma dan Gubernur Jawa Barat Bpk Ahmad Heryaman. kami diberi wawasan yang
luas tentang peran penting otonomi daerah yang sudah beliau laksanakan di
masing-masing daerahnya. Banyak sekali kekurangan dan kelebihan dari otonomi
daerah. Saya duduk di tepat belakang kursi Ibu Risma dan Bpk A. Heryawan. Saya
sangat terkejut ketika Ibu Risma menyapa kami dan menanyakan kapan pulang ke
Surabaya. Sosok yang sederhana dan ramah seorang pemimpin yang membuat saya
kagum sampai saat ini. Setelah acara dialog selesei kami melakukan foto
bersama. Saya berdiri tepat di samping Bapak Ahmad Heryawan. Kesemptan tersebut
tidak saya lewatkan begitu saja. Beliau saya ajak berdiskusi tentang progam
pendidikan gratis siswa SMA, SMP, dan SD. Saya menilai progam tersebut sangat
bagus, tapi dilaksanakan dengan asal-asalan dan kurang serius. SPP grati tapi
kualitas sekolah tersebut jadi menurun, karena dana bantuan dari pemerintah
daerah tidak bisa menutupi akomodasi fasilitas sekolah, akhirnya
sekolah-sekolah tersebut tidak bisa bersaing. Saya melihat progam tersebut
hanya untuk pencitraan saja. Spontanitas Bapak Ahmad Heryawan menyanggah
pernyataan saya, beliau bilang semua sudah diperhitungkan. Yang menjadi
permasalahan adalah mengenai komunikasi pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten atau kota. Beliau sangat sulit sekali memanggil
kepala daerah untuk rapat bersama dan membahas berbagai pokok permasalahn di
daerah. Hanya sekitar 25 % saja yang dapat hadir dalam setiap rapat. Banyak sekali
para walikota dan bupati yang hanya mengirimkan perwakilan saja, padahal
pemberitahuannya sudah berjauh hari. Selain itu juga sering lepas tanggung
jawab ketika ada permasalahan dan saling berebut jika terdapat daerah yang
memiliki potensi menghasilkan uang.
Setelah berfoto bersama para narasumber
langsung bergegas meninggalkan tempat. Kami secara spontanitas berlari mengejar
Ibu Risma dan akhirnya dapat berfoto bersama hanya 1 tim saja. Namun ada
beberapa kejadian yang sedikit lucu, dalam pemaparan Bu Risma tentang
perkembangan Kota Surabaya, Bu Risma menyatakan bahwa Surabaya sudah tidak
Banjir lagi dan menantang para peserta datang untuk mengecek keadaam di sana.
Namun sore harinya, ketika acara hari ke dua sudah selesei dan kembali ke
wisma. Saya mendapatkan telephon dari temen kost, dia bilang kostnya lagi
kebanjiran. Untung saja peristiwa tersebut tidak sampai masuk media dan
temen-temen Konnas tidak ada yang tau.hahahaha,
Malam
hari nya saya di ajak teman sekamar untuk nongkrong di kantin wisma UI, di sana
teman-teman lainya sudah menunggu. Kami semua membanggakan prestasi dari
masing-masing Universitas. Anak UGM yang bangga dengan Jakowi, Anak UI yang
sudah menelurkan politisi-politisi hebat. Sedangkan saya membanggakan seorang
politisi berasal dari kota dan univeritas yang sama dan baru saja naik daun dan
langsung tenggelam karena kasus korupsinya. Anas Urbaningrum. Kawan-kawan dari
UGM dan UI membuat gurauan tentang kasus Anas yang akan di gantung di Monas,
mereka bilang baru saja ada politisi naik daun dari timur, sudah tenggelam lagi
dan unair memang pencipta koruptor (dengan nada bercanda) Kemudian saya
menjawab, Anas itu memang lulusan Unair, Dia S1 mengambil ilmu politik. Pada saat
itu dia masih bersih dalam urusan politik. Kemudian S2 nya Anas mengambil di
UI, di sini dia mulai terpengaruh politik kotor, dan terakhir dia S3 mengambil
di UGM, ini yang paling mengotori. Jadi universitas mana yang melahirkan dan
menciptakan para koruptor? Hahahaha, ini semua hanya guraun untuk saling
mengakrabkan persaudaraan. Kami tidak ada yang tersinggung dan tidak ada
dendam. Semakin malam obrolan pun semakin seru, kami membahas isu-isu capres
2014 dan kasus-kasus yang sedang dihadapi oleh pemerintah. Namun saya harus
segera kembali ke Wisma untuk mempersiapkan presentasi paper kami esok hari. Di
sana saya sudah ditunggu Genut, Wahyu, dan Angga.
Diskusi tersebut sangat alot
dan tidak menemukan titik temu topik yang akan dipaparkan. Karena paper yang
kami angkat sangat luas dan kurang spesifik, akhirnya setelah beberapa jam kami
berdiskusi mulai dapat menemukan benang merah yang lebih spesifik dari paper
kami.
0 komentar:
Posting Komentar