Selasa, 03 September 2013

Senin 11 maret 2013 tepatnya pukul 13.00 pembagian kamar oleh panitia, satu kamar diisi oleh 4 perwakilan mahasiswa yang berbeda universitas. Saya masuk kamar 302 bersama Miftah perwakilan dari Univeritas Gajah Mada , Aditya perwakilan dari Univeristas Negeri Jember dan Irfan dari Unversitas Mulawarman. 

Saya mendapatkan teman baru dari berbagai universitas yang berbeda, tapi kami sepakat dalam satu tujuan untuk menjadikan birokrasi negara ini lebih baik, khususnya bebas dari koruptor. Agenda pertama adalah welcome party yang akan diselenggarakn pukul 18.00, saya pun meyiapkan diri untuk menghadiri acara tersebut. Acara di buka dengan penampilan akustik dari mahasiwa UI, kemudiam penampilan beatbox dari kak Jafar salah satu panitia. Penampilanya memukai seluruh peserta. Kemudian acara selanjutnya adalah perkenalan seluruh peserta. Terdapat 16 TIM yang terdiri dari berbagai univerisitas yang berbeda di seluruh indonesia. Himaistra Universitas jember mengirimkan dua TIM, Himanega Universitas Mulawarman mengirimkan 2 TIM, Universitas Indonesia, UNY mengirimkan 3 TIM yaitu Siagara, Bravo, Basigara, Satria Airlangga dari Universitas Airlangga, Himane Tanjung Nyaho Universitas Palangkaraya, Universitas Sumtra Utara mengirimkan 2 TIM USU TIM B dan USU TIM C, Gamapi I dan Gamapi II dari Universitas Gajah Mada, Universitas Bengkulu mengirimkan 2 delegasi Unib 1 dan Unib 2, Himara dari Universitas Sriwijaya dan terakhir Citizen Charter dari Universitas Udayana Bali.





Hari kedaua dari Konnas UI kami kedatangan tamu istimewa, mereka adalah Walikota Surabaya Ibu Risma dan Gubernur Jawa Barat Bpk Ahmad Heryaman. kami diberi wawasan yang luas tentang peran penting otonomi daerah yang sudah beliau laksanakan di masing-masing daerahnya. Banyak sekali kekurangan dan kelebihan dari otonomi daerah. Saya duduk di tepat belakang kursi Ibu Risma dan Bpk A. Heryawan. Saya sangat terkejut ketika Ibu Risma menyapa kami dan menanyakan kapan pulang ke Surabaya. Sosok yang sederhana dan ramah seorang pemimpin yang membuat saya kagum sampai saat ini. Setelah acara dialog selesei kami melakukan foto bersama. Saya berdiri tepat di samping Bapak Ahmad Heryawan. Kesemptan tersebut tidak saya lewatkan begitu saja. Beliau saya ajak berdiskusi tentang progam pendidikan gratis siswa SMA, SMP, dan SD. Saya menilai progam tersebut sangat bagus, tapi dilaksanakan dengan asal-asalan dan kurang serius. SPP grati tapi kualitas sekolah tersebut jadi menurun, karena dana bantuan dari pemerintah daerah tidak bisa menutupi akomodasi fasilitas sekolah, akhirnya sekolah-sekolah tersebut tidak bisa bersaing. Saya melihat progam tersebut hanya untuk pencitraan saja. Spontanitas Bapak Ahmad Heryawan menyanggah pernyataan saya, beliau bilang semua sudah diperhitungkan. Yang menjadi permasalahan adalah mengenai komunikasi pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten atau kota. Beliau sangat sulit sekali memanggil kepala daerah untuk rapat bersama dan membahas berbagai pokok permasalahn di daerah. Hanya sekitar 25 % saja yang dapat hadir dalam setiap rapat. Banyak sekali para walikota dan bupati yang hanya mengirimkan perwakilan saja, padahal pemberitahuannya sudah berjauh hari. Selain itu juga sering lepas tanggung jawab ketika ada permasalahan dan saling berebut jika terdapat daerah yang memiliki potensi menghasilkan uang.



 Setelah berfoto bersama para narasumber langsung bergegas meninggalkan tempat. Kami secara spontanitas berlari mengejar Ibu Risma dan akhirnya dapat berfoto bersama hanya 1 tim saja. Namun ada beberapa kejadian yang sedikit lucu, dalam pemaparan Bu Risma tentang perkembangan Kota Surabaya, Bu Risma menyatakan bahwa Surabaya sudah tidak Banjir lagi dan menantang para peserta datang untuk mengecek keadaam di sana. Namun sore harinya, ketika acara hari ke dua sudah selesei dan kembali ke wisma. Saya mendapatkan telephon dari temen kost, dia bilang kostnya lagi kebanjiran. Untung saja peristiwa tersebut tidak sampai masuk media dan temen-temen Konnas tidak ada yang tau.hahahaha,

Malam hari nya saya di ajak teman sekamar untuk nongkrong di kantin wisma UI, di sana teman-teman lainya sudah menunggu. Kami semua membanggakan prestasi dari masing-masing Universitas. Anak UGM yang bangga dengan Jakowi, Anak UI yang sudah menelurkan politisi-politisi hebat. Sedangkan saya membanggakan seorang politisi berasal dari kota dan univeritas yang sama dan baru saja naik daun dan langsung tenggelam karena kasus korupsinya. Anas Urbaningrum. Kawan-kawan dari UGM dan UI membuat gurauan tentang kasus Anas yang akan di gantung di Monas, mereka bilang baru saja ada politisi naik daun dari timur, sudah tenggelam lagi dan unair memang pencipta koruptor (dengan nada bercanda) Kemudian saya menjawab, Anas itu memang lulusan Unair, Dia S1 mengambil ilmu politik. Pada saat itu dia masih bersih dalam urusan politik. Kemudian S2 nya Anas mengambil di UI, di sini dia mulai terpengaruh politik kotor, dan terakhir dia S3 mengambil di UGM, ini yang paling mengotori. Jadi universitas mana yang melahirkan dan menciptakan para koruptor? Hahahaha, ini semua hanya guraun untuk saling mengakrabkan persaudaraan. Kami tidak ada yang tersinggung dan tidak ada dendam. Semakin malam obrolan pun semakin seru, kami membahas isu-isu capres 2014 dan kasus-kasus yang sedang dihadapi oleh pemerintah. Namun saya harus segera kembali ke Wisma untuk mempersiapkan presentasi paper kami esok hari. Di sana saya sudah ditunggu Genut, Wahyu, dan Angga. 

Diskusi tersebut sangat alot dan tidak menemukan titik temu topik yang akan dipaparkan. Karena paper yang kami angkat sangat luas dan kurang spesifik, akhirnya setelah beberapa jam kami berdiskusi mulai dapat menemukan benang merah yang lebih spesifik dari paper kami.

0 komentar:

Posting Komentar