Kamis, 15 Agustus 2013

BAB I
Pendahuluan
Pada dekade selama perang dunia ke II neoklasik telah menguasai berbagai sistem perekonomian didunia, namun di negara-negara asia timur mengalami krisis dengan adanya pasar bebas. Bahkan mereka menjadi terpuruk karena adanya neokolonialisme modere. Namun beberapa negara Asia bisa bangkit dan mengatasi keterpurukan perekonomianya dengan keikutsertaan peran pemerintah dalam intervensi beberapa kebijakan ekonomi. . Teori neoklasik menekankan pada peran pasar dan menghindari intervensi pemerintah dalam perekonomian. Teori pembangunan negara didasari oleh pemikiran sayap kiri yang lebih mirip kepada pendekatan teori keynes. Peran negara diharapkan sangat kuat untuk melakukan pembangunan yang berkepanjangan. Hal ini dipertegas dengan kasus-kasus sukses pembangunan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapore, dan sebagainya. Pembangunan negara-negara tersebut dinilai berhasil dan termasuk ke dalam negara-negara yang berkembang pesat pasca perang dunia kedua. Khususnya jepang yang mengalami peetumbuhan ekonomi paling cepat di dunia dalam kurun waktu 1960-1980. Teori neoklasik tidak mampu menjelaskan keberhasilan ini dengan teorinya. Teori pembangunan negara juga menekankan pada redistribusi lahan oleh negara, sehingga produksi dan konsumsi berjumlah besar dan dapat memproduksi untuk ekspor. Redistribusi ini menjadi salah satu kunci penting dalam keberhasilan pembangunan dalam teori pembangunan negara.
Pada rezim orde baru, negara Indonesia menerapakan sistem developmental state yaitu suatu paradigma yang mempengaruhi arah dan kecepatan pembangunan ekonomi dengan secara langsung mengintervensi proses pembangunan yang berbanding terbalik dengan cara berpikir yang mengandalkan kekuatan pasar dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi (Suwarno, 2006). Developmental state sangat cocok diterapkan di negara sedang  berkembang seperti Indonesia. Banyak negar-negara maju seperti jepang dan korea ketika dalam keterpurukan ekonominya menerapakan teori developmental state. Dengan adanya peran negara yang sangat kuat, maka pembangunan dapat dilakukan dengan baik serta terencana.
Yang dituju dengan ekonomi berencana atau planning ialah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya dan jalannya. tujuan daripada rencana ekonomi ialah melaksanakan, supaya produksi disesuaikan dengan keperluan sosial, supaya kemiskinan rakyat dilenyapkan atau kemakmuran rakyat ditumbuhkan (Mohamad Hatta, 1971). Dalam pemegrtian tersebut dapat dikatakan bahwa untuk melakukan tujuan-tujuan tersebut dibutuhkan peran pemerintah yang sangat besar dan kuat. Ada beberapa aspek penting dalam teori developmental state atau teori pembangunan negara. Pertama, negara menjadi kan pembangunan sebagai prioritas utamanya, mendorong masyarakat untuk memanfaatkan keuntungan dari pembangunan, memaksimalisasi investasi, dan menggunakan cara represif, jika dibutuhkan, untuk mencapai tujuan. Kedua, negara menekankan pada private property dan pasar. Ketiga, negara meredistribusi tanahnya untuk memperluas pasar nasional sekaligus menghindari kubu-kubu oposisi oligarki atas tanah, dan menekan upah peketja untuk menarik investasi. Keempat, negara memisahkan diri dari masyarakat, memberikan otonomi sendiri bagi teknokratik birokrasi dari kelompok-kelompok kepentingan di masyakarat, untuk menegakkan disiplin, terutama di sektor privat. Kelima, dan yang paling penting, negara mengarahkan pasar secara dominan, mengawasi alur investasi, membatasi impor, mengatur interaksi antara industri dan agrikultur, mengganti struktur masyarakat (memberikan harga yang tidak sesuai jika dianggap akan menguntungan suatu sektor), menyebarkan perubahan teknologi, dan menentukan industri yang ingin dikembangkan. Pada saat yang bersamaan, negara menentukan industri apa yang akan dilindungi dan dibangun, sekaligus membuka peluang bagi investasi asing untuk mengembangkan perekonomian.

Namun pembangunan yang berporos pada kekuatan pemerintah yang terdiri dari berbagai birokrasi memiliki kelamahan dalam sektor pengawasan. Birokrasi yang memiliki wewenang dan power yang besar untuk melakukan pembangunan dimanfaatkan oleh  berbagai oknum untuk memperkaya dirinya sendiri dan kepentingan pribadinya. Sehingga menimbulkan banyak praktek korupsi di berbagai pemerintah. Indonesia yang saat ini menganut sistem desentralisasi, memberikan wewenang lebih kepada kepala daerah untuk membangun daerahnya sendiri. Sehingga muncul berabagai kasus korupsi di daerah maupun di pusat pemerintahan. Karena indonesia menganut sitem demokrasi yang di implementasikan ke dalam pemilihan umum untuk memilih seorang pemimpin. Ongkos politik di indonesia sangat mahal, untuk mengembalikan modal kampanyenya itu banyak para pejabat yang memeanfaatkan kekuasaan dan kewenangannya untuk melakukan tindak pidana korupsi. Selain mencuri uang dari rakyat, untuk membalas budi politik banyak para pejabat yang melakukan nepotisme dengan merekrut dan menempatkan beberapa pegawai ke dalam jabatan yang strategis tanpa memperhatikan kapasitas individu itu sendiri. Sehingga birokrasi tersebut tidak bisa maksimal dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, khususnya untuk menerapkan pembangunan yang efektis, efisien dan akuntablitas. Dengan teori development state yang diharapakn dapat membawa kesejahteraan untuk rakyat indonesia seperti yang dilakukan oleh pemerintahan jepang dan korea selatan, menjadikan ladang subur bagi para koruptor.



















BAB II
Pembahasan
2.1    Karatkter Developmental state
1.    Pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama bagi pemerintah.
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara1. Sedangkan Djojohadikusumo (1991)  mengatakan bahwa “Pembangunan ekonomi adalah usaha memperbesar pendapatan per kapita dan menaikkan produktivitas per kapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah skill”. Pembangunan ekonomi tersebut akan bermuara pada hasil kualitatif, yaitu meningkatkanya kesejahteraan masyarakat dengan ada nya peningkatan di berbagai sektor industri. Oleh karena itu pemerintah Indonesia memiliki beberapa kebijakan untuk mensetimulus pertumbuhan ekonomi yang menjadi dasar dari pembangunan ekonomi. Contohnya pemberian modal kepada masyarakat melawati jalur PNPM. Karena masalah utama yang dihadapi oeleh negara yang sedang berkembang adalah tidak memiliki modal yang banyak untuk memulai usaha. Karena itu pemerintah memberikan bantuan modal kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya  
2.    Pembangunan ekonomi dipandang sebagai plan-rational development, yang merupakan model gabungan yakni, intervensi negara yang dikompromikan dengan mekanisme pasar.
Indonesia menganut sistem perekonomian campuran, yaitu seluruh kegiatan faktor produksi sampai distribusi, pemerintah dan swasta saling bekerja sama untuk mendapatkan output yang maksimal. Interverni pemerintah sangat diperlakukan untuk menyeimbangkan pasar dan melindungi UKM yang baru saja muncul. Sehingga dapat bersaing dengan sehat. Dengan adanya intervensi pemerintah Indonesia dalam berbagai aspek, maka pembangunan dapat terkomando dan dapat sesuai rencana.

3.    Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi tersebut, negara mempunyai peran sangat besar, tidak hanya dalam perencanaan namun lebih jauh juga dalam pelaksanaannya.
Negara Indonesia memiliki badan pemerintah khusus yang menangani pemabangunan, yaitu badan perencanaan dan pemabangunan nasional (BAPPENAS). Dalam bappenas terdiri dari berbagai deputi yang masing-masing memiliki fokus sendiri untuk membangun Indonesia. Contohnya deputi bidang ekonomi. Deputi ini bertugas dalam perencanaan dan pembangunan sektor ekonomi, yaitu merumuskan kebijakan-kebijakan tentang perncanaan pembangunan indonesia khususnya di sektor ekonomi.

4.    Negara mempunyai kontrol yang sangat kuat terhadap sektor swasta.
Berdasarkan undang-undang 1945 pasal 33, pemerintah indonesia menguasai seluruh produksi yang berkaitan dengan kebutuhan orang banyak. Dalam pasal tersebut dapat diartikan bahwa pemerintah mempunyai kontrol yang kuat terhadap swasta yang ingin menguasai beberpa faktor produksi vital. Selain itu pembubaran BP Migas oleh MK beberapa bulan lalu merupakan bukti bahwa negara memiliki kontrol yang kuat terhadap swasta.

5.    Intervensi negara yang sangat besar dalam proses pembangunan ini didukung oleh birokrasi yang bersih, rasional, dan berdasarkan meritokrasi (birokrasi ala Weberian).
Di indonesia saat ini sedang mengalami krisis moral, khususnya para pejabat. Tetapi saat ini juga sedang bersih-besih rumah dari para koruptor. Adanya badan independen yang berfungsi memberantas tindak pidana korupsi dan banyaknya pejabat yang tertangkap korupsi merupakan bukti dari keseriusan pemerintah untuk menciptakan good governance

2.2     Contoh Negara Asia yang berhasil menerapakan Developmental state
2.2.1        Korea Selatan
Korea selatan saat ini dapat dikategorikan sebagai paling negara maju di kawasan Asia. Namun negeri gingseng ini juga pernah mengalami krisis yang hebat dalam beberapa tahun tahun yang lalu, yaitu sekitar tahun 1950an sampai 1960an. Korea selatan memiliki birokrasi yang korup dan pemerintahan yang lemah serta tidak stabil. Banyaknya pejabat negara maupun swasta yang melakukan korupsi. Pada tahun 1961, Park Chung hee menjadi presiden baru Korea Selatan. Dengan berbagai krisis ekonomi yang dilanda Korea Selatan, Park sadar akan pentingnya peran negara dalam dalam menstabilkan perekonomian dalam negeri. Beberapa kebijakan yang diambil adalah ystem export oriented industrialization (EOI yang menjadikan korea selatan maju dalam sektor industrinya. Pemerintah juga mencanangkan pembangunan lima tahun dengan implementasi yang baik dengan menciptakan lembaga yang memiliki peran signifikan dakan urusan ekonomi politik negara tersebut, yaitu membentuk Korean Central Intelligence Agency (KCIA) dan Economic Planning Board, menciptakan birokrasi yang bersih.  Birokrasi di Korea ditandai dengan :1. Profesionalisme para pegawai dan memiliki kemampuan dalam menangani persoalan ekonomi, yaitu dengan melatih para karyawanya disiplin. 2. Tidak terafiliasi dalam ideology atau partai politik tertentu dan hanya berorientasi pada target pembangunan tertentu. Para pegawainya tidak boleh memiliki kedekatan khusus terhadap politik dan tidak boleh berkecimpung langsung terhadap politik. Karen dapat mempengaruhi profesionalisme dalam bekerja. 3. Secara material independen dari sector bisnis. 4. Tingkat korupsi dilapangan relative rendah. Dengan melakukan pengawasan yang keteta dan pemberian sangsi yang berat kepada para koruptor. Maka angka korupsi dapat di tekan seminimal mungkin. Sehingga dapat menciptakan pemerintahan yang bersih.
Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut tidak di imbangi dengan pemerataan. Akhirnya tercipta kesenjangan yang tinggi. Perusahaan kecil tidak dapat bersaing dengan perusahaan besar yang memilki modal yang cukup banyak. Hal itu dikarena adanya progam pemerintah HCI ( Heavy Chemical Industries). Sehingga terciptanya kesenjangan perekonomiaan Kakuasaan Park berakhir dengan adanya kudeta oleh Kim Jae Yun.  Dan kepemimpinannya digantikan oleh Chun Doo Hwan. Ada beberapa pergeseran kebijakan saat Chun memerintah. Chun menekankan pada adanya stabilitas ekonomi dan bukan pada pertumbuhan ekonomi, dengan memberlakukan kebijakan pengetatan pajak moneter, perusahaan yang terlibat HCI harus melakukan merger, hal ini agar mengurangi hak istimewa para pengusaha, juga menstabilitaskan harga, serta dibentuknya lembaga Economic Edication Bareau. Pada masa pemerintahan Chun telah sedikit demi sedikit melepaskan intervensi pemerintah dalam hal pembangunan ekonomi. Hal ini menunjukkan tumbuhnya demokrasi di Korea. Roh Tae Woo menjadi presiden berikutnya melalui pemilihan umum secara terbuka yang menandai keberhasilan proses transisi demokrasi Kore selatan. Pada kepemimpinannya Roh melakukan reformasi birokrasi dan beberapa kebijakan. Beliau menetapak sistem demokrasi dalam kehidupan sehari hari. Contohnya adalah memberikan kebebasan kepada kaum buruh untuk memperjuangkan hak mereka. Dengan adanya kebijakan tersebut banyak sekalai demonstrasi diberbagai daerah korea selata yang menuntuk kenaikan upaha. Perang antara buruh dan persuahaan tidak dapat di hindarkan. Ketika gaji buruh meningkat, para produkifitas menurun dan membuat marah para pengusaha. Ini menjadi krisis terburuk dalam dua dekade sejara perekonomian Korea Selatan. Peran negara yang sebagai penekan kau buruh dikurangi dan pada akhirnya akan mempengaruhi stabilitas perekonomian dan berimbas pada sistem politknya. Keberhasilan Korea pada awalnya ditandai oleh kemampuan dan efektifitas negara dalam mengendalikan keresahan dan memobilitasi sumber daya, serta mengendalikan kelompok bisnis. Hal ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan ekonominya Korea menggunakan konsep Developmental State.  Akhrinya terpilih lagi presiden ke 7 Kim Young, dengan beberapa kebijakannya dengan menguatakan interen pemerintahanya yang bersih dan kuat.

2.2.2        Jepang
Industri Jepang merupakan industri terbesar ke 3 setalah Amerika dan China, keberhasilan ini tidak lepas dari peran pemerintah dalam mengintervensi perekonomiannya. Setelah kekalahan perang dunia ke II, jepang mengalami krisis ekonomi yang besar, yaitu adanya pengangguran yang disebabkan oleh beberapa tentara jepang. Selain itu pentupan pabrik yang memproduksi alat-alat militer untuk perang. Sekitar 13 juta orang mengalami pengangguran. Pemerintah jepang harus bertindak cepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Yaitu segera menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak. Namun itu sangat sulit sekali, karena negara yang kalah berperang harus memberikan ganti rugi kepada negara yang menang. Hal itu sangat tidak mungkin, karena negara yang kalah perang mengalami krisis dan tidak mungkin untuk membayar denda. Sehingga pemerintah jepang dengan komando terpusat. Dengan berbagai kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah, maka secara perlahan perekonomian jepang mulai membaik. Dengan politik dabing yang berhasil, yang menjual barang produksinya ke luar negeri lebih murah daripada dalam negeri semakin menguatkan posisi jepang dalam perekonomian dunia khususnya industri otomotif. Jepang sempat mengalami pertumbuhan paling cepat di dunia pada tahun 1960 samapi 1980. Dengan campur tangan pemerinthan yang kuat, maka jepang dapat kembali pada puncak perekonomianya. Keterlibatan pemerintah jepang dalam intervensi perekonomiannya disebut-sebut sebagai faktor utama dalam pembangunan ekonominya. Ini dikuat kan dengan konsep Developmental state yang di deklarasikan oleh Chalmers Jhonson dengan bukunya MITI and Japanes. Dalam buku terebut di jelaskan pentingnya negara dalam pembangunan (woo-chuming, ed, 1999 : 139). Kemudian teori ini yang kemudian diterapakan di berbagai negara-negara asia timur lainya, seperti Korea Selatan.
2.2.3        China
China merupakan negara yang memiliki penduduk terbesar dan terpadat di dunia yang memiliki 1,3 milyar  penduduk. China menggunakan sistem politik komunisme yang otoriter, sehingga menerapakan sistem perekonomian sosialis. Semua faktor produksi di jalankan oleh pemerintah. Masyarakat tidak memiliki hak kepemilikan tanah dan faktor-faktor produksi. Sistem perekonomian sosialisme yang berporos pada kekuatan  negara yang kuat diilhami dari ajaran - ajaran Marx, Bagi Marx yang penting dalam konteks semacam ini adalah manusia sebagai masyarakat bukan manusia sebagai individu, sebab masyarakatlah yang memungkinkan adanya produksi. Sedangkan manusia sebagai individu tidak akan dapat menghasilkan produksi secara maksimal sesuai kebutuhan masyarakat. Karena Masalahnya adalah bagaimana mungkin manusia seorang diri dapat menghasilkan sebanyak mungkin hasil produksi. Menurut Marx masyarakat lebih penting dan menjadi tujuan daripada individu, karena  masyarakatlah yang memungkinkan orang dapat menghasilkan sesuai kebutuhan dengan cara yang tepat. Maka dari itu diperlukan power negara untuk menjadi pengatur dan merencanakan semua faktor – faktor produksi. Dengan sistem komunisnya pemerintah china lebih mudah untuk melakukan pembangunan yang terencana, khususnya yang berkaitan dengan kepemilikan tanah. Berbeda dengan indonesia, pembangunan yang terencana sering kali terhambat dengan kepemilikan tanah oleh individu, khususnya dalam pembangunan infrastruktur. Contohnya dalam pembangunan infrastruktur jalan tol untuk menunjang produksi dan distribusi barang dan jasa. Di indonesia sangat sulit sekali untuk merealisasikan tersebut, karena banyaknya oknum – oknum yang menghalangi pmerintah demi kepentingan individu. Yang pada akhirnya harga tanah dijual dengan nilai yang jauh lebih mahal dari realistis. Sedangkan di china, pemerintah lebih mudah untuk mengontrol masyarakat. Sehingga memudahkan untuk melakukan penataan pembangunan yang terencana, karena masyarakat china tidak memiliki hak untuk kepemilikan tanah. Namun beberapa dekade terakhir ini pemerintah china mulai melakukan pembenahan diri untuk membuka investasi – investasi asing masuk dalam negara china. Selain itu china juga menyatakan untuk melakukan perdagangan beba, khususnya di negara – negara asia. Saat ini produksi china nomer 2 di dunia setelah Amerika. Dengan beberapa progam dari pemerintah, banyak sekali terdapat home industri yang berkembang. Mereka mengamati barang produksi dari negara lain yang masuk ke china, setelah itu melakukan imitasi dengan sedikit memodifikasi. Contohnya china membuat produksi handphone seperti pabrikan nokia series dan kemudian sedikit memberiksn modifikasi seperti di berikan TV dalam produknya. China daratan juga terkenal dengan buaya buruh yang murah, karena pemerintah dapat menekan buruh untuk  memperjuangkan hak – hak mereka untuk berdemontrasi. Bahan baku di china juga tergolong murah, karena adanya persaingan yang ketat dan tinggi. Sesuai dengan hukum permintaan terhadapa barang, jika permintaan akan barang dan jasa maka harga akan turun. Sehingga para investor asing sangat senang untuk melakukan investasi di negara china yang memiliki politik yang stabil dan aman. Faktor – faktor produksi yang murah tersebut juga didukung dengan kebijakan pemerintah yang melakukan subsisdi terhadapa barang expor. Sehingga harga barang – barang produksi di china sangat murah dan dapat bersaing di dalam pasar global.  Selain dari sisi ekonominya untuk memperbaiki dari pemerintahan yang korup, presiden china dalam pelantikanya bepidato yang isinya menyuruh masyarakat untuk menyiapkan 100 peti mati untuk dirinya dan para pejabat lainya jika terbukti bersalah dalam tindak pidana korupsi. Hal ini di gunakan untuk mencapai pemerintahan yang good governance. Dengan power pemerintahan yang kuat dan bersih serta terkomando, pemerintah china mengintervensi pembangunan perekonomian di china. Sehingga dapat dikatakan negara yang menerapkan sistem developmental state.

2.3     Developmental state di Indonesia
Di indonesia sebenarnya sudah dapat dikatakan negara yang menganut sistem developmental state pada pemerintahan orde baru yang dipimpin oleh Bapak Soharto. Dengan berbagai kegagalan dalam kepemimpinan Bapak Soekarno, Soharto melihat adanya beberapa kelamahan yang pada akhirnya akan menghambat pembangunan di Indonesia. Yaitu jatuh bangunya pemerintahan di era Soekarno yang disebabkan oleh permainan politik oknum – oknum yang tiddak bertanggung jawab dan memiliki kepentingan individu. Maka sebelum melakukan pembangunan, Pak Soharto melakukam pengutan dalam parlemenya dengan memasukan orang-orang penting. Sehingga kekuasaan eksekutif akan dapat didukung penuh oleh legislatif yang berfungsi dalam pengawasanya. Karena pembangunan jangka panjang yang tidak bisa dilakukan dalam satu tahun atau 5 tahun saja, yaitu minimal dilakukan sekitar dua dekade. Pembangunan yang berorientasi pada jangka panjang diperlukan pemerintahan yang setabil dan berkelanjutan. Dapat kita lihat pemerintahan yang kuat di rezim orde baru membutuhan pemerintahn yang otoriter dan terpusat atau sentralisistik. Sehingga memudahkan untuk melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Sehingga lahir lah recana pembangunan lima tahun (repelita). Repelita I yang dilaksanakan pada tahun 1969  1974 bertujuan memenuhi kebutuhan dasar dan infrastruktur dengan penekanan pada bidang pertanian. Dengan menguatkan sektor produksi pertanian maka indonesia dapat melakukan swasembada pangan kala itu. Hal ini di dukung juga dengan Indonesia yang memiliki sektor pertanian yang luas. Repelita II pada tahun 1974 sampai  tahun 1979 bertujuan meningkatkan pembangunan di pulau-pulau selain Jawa, Bali dan Madura, di antaranya melalui transmigrasi. Progam ini dinilai sukses dengan memeratakan penduduk melalui progam transmigarasi bendol desa dan lain-lain. Sehingga konsentrasi kepadatan penduduk tidak terdapat di jawa saja. Repelita III pada tahun 1979 – 1984 menekankan bidang industri padat karya untuk meningkatkan ekspor. Industri tersebut lebih kepada produksi di sektor pertanian yang menjadi andalan pada saat itu.  Repelita IV pada tahun 1984 – 1989  bertujuan menciptakan lapangan kerja baru dan industri. Hal ini diperkuat dengan UU RI No. 05 Tahun 1984 pasal 2, Pembangunan industri berlandaskan demokrasi ekonomi, kepercayaan pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri, manfaat, dan kelestarian lingkungan hidup. Berdasarkan pasal 3 UU RI No. 05 Tahun 1984, tujuan pembangunan industri adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional.
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan industri.
5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi industri.
6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri.
7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara.
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Pada tahun tersebut pemerintah ini mulai melakukan pembangunan ekomomi dengan menekankan pada sektor industri untuk membuka lapangan pekerjaan yang besar.contohnya dengan pembuatan pesawat sendiri oleh anak bangsa. Repelita V pada tahun 1989 – 1994 menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan. Dengan hadirnya menteri BJ habibie, pemerintah indonesia mulai mementingkan kesejahteraa masa depan masyarakatnya melalui pendidikan. Banyak sekali progam – progam beasiswa keluar negeri untuk anak berprestasi.
Adamya reformasi pada tahun 1997, pemerintah Indonesia melakukan reformasi birokrasi dalam semua aspek pemerintahan, konstitusi pun  diubah dengan adanya amandemen Undan – Undang Dasar 1945 sebanyak 4 kali. Secara otomatis juga akan berpengaruh dalam semua aspek kehidupan dimasyarakat Indonesia. Namun peran pemerintah dalam mengintervensi pembangunan ekonomi masih ada, tetapi tidak sekuat pada jaman orde baru. Karena pada era reformasi stablititas politik sulit dikendalikan. Sulit sekali untuk menekan buruh yang selalu menuntut kesejahteraan. Adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan desentralisasi pembangunan di daerah diharapkan dapat meningkatan percepatan pembanguan ekonomi, namun banyak sekali ditemukan kasus korupsi.
2.4     Korupsi dampak dari Developmental State di Indonesia
Developmental state merupakan pembangunan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah tersebut terdiri dari beberapa intistusi yang saling berhubungan atau juga dapat disebut dengan birokrasi. Institusi pemerintah memiliki wewenang untuk melakukan pembangunan. Mulai dari merencang sampai dengan melaksanakan projek. Dengan adanya wewenang yang diatur oleh konstitusi, beberapa oknum yang memiliki wewenang untuk melakukan penyalah gunaan weweanang dengan menelan sebagian harta rakyat Indonesia yang seharusnya dialokasikan ke dalam pembangunan malah di curi untuk kepentingan pribadi maupun kelompok. Dengan adanya kebijakan desentralistik yang berarti pendelegasian wewenang kepada pemerintah daerah untuk membangun daerahnya sendiri, malah menciptakan koruptor-koruptor di kota atau kabupaten. Kurangnya pengawasan terhadap kinerja pemerintah dianggap menjadi salah satu penyebab dari maraknya koruptor di Indonesia. Selain itu proses politik yang demokrasi juga dapat memicu seorang kepala daerah untuk melakukan korupsi. Sudah tidak kita pungkiri lagi jika cost politic saat ini sangat mahal. Bahkan pemilihan kepala desa yang mencerminkan demokrasi pada level yang paling rendah pun juga sudah di temui adanya money politik. Apalagi pemilihan umum tingkat daerah. Kepala daerah yang mempunyai pekerjaan strategis dan memiliki banyak wewenang memang menjadi impian bagi setiap orang. Maka dari itu banya orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan tersebut. Pada akhrinya ketika menjadi penjabat publik, progam kerja yang pertam dilakukan adalah mengembalikan modal selama kampanye. Dengan penerapan developmental state di Indonesia maka menjadi peluang untuk melakukan penyelah gunaan wewenang. Karena mereka memiliki kekuasan dan keweanangan terhadap renacan pembangunan. Sehingga pemerintah mengalami kerugian yang sangat besar.



















BAB III
Kesimpulan

Developmental state adalah pembangunan yang dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatan kesejateraan masyarakat. Menurut Suwarno Developmental state adalah suatu paradigma yang mempengaruhi arah dan kecepatan pembangunan ekonomi dengan secara langsung mengintervensi proses pembangunan—yang berbanding terbalik dengan cara berpikir yang mengandalkan kekuatan pasar—dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi (Suwarno, 2006).Proses pembangunan secara fundamental ditentukan oleh aspek non-ekonomi meskipun muaranya aspek ekonomi. Begitupun pentingnya pembangunan sosial, diwujudkan dalam pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai unsur pembangunan SDM. Untuk mencapait tersebut diperlukan peran dan intervensi pemerintah yang kuat, agar semua terkoordinasi dengan baik. Chalmers Jhonson dengan bukunya MITI and Japanes pertama kali memperkenalkan konsep developmental state. Dalam buku terebut di jelaskan pentingnya negara dalam pembangunan (woo-chuming, ed, 1999 : 139). Kemudian teori ini yang kemudian diterapakan di berbagai negara-negara asia timur lainya, seperti Korea Selatan dan jepang. Bahkan jepang sempat menjadi negara yang pertumbuhannya tercepat di dunia selama dua dekade tahun 1960 – 1980. Selain menekankan pada pertumbuhan ekonomi, developmental state juga memerlukan pemerintahan yang transparansi, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi. Dengan menerapkan pemerintahan yang kuat dan menerapkas good governance developmental state dapat berjalan dengan baik.
Indonesia pada era orde baru menerapakan konsep developmental state dengan membuat rancangan pembangunan yang dikenal dengan REPELITA (rencana pembangunan lima tahun) dan menerapakan pemerintahan yang otoriter untuk menstabilkan politik dalam negeri. Namun developmental state di Indonesia malah menjadi ladang koruptor bagi pemerintahan saat itu. Pada era reformasi pemerintah indonesia mengubah sistem sentralisasi menjadi dekonsentralisasi yang memberikan wewenanang kepada pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan sendiri. Namun wewenang tersebut disalah gunakan oleh para pejabat daerah untuk melakukan tidak pidana korupsi dan kepentingan kelompok. Hal itu dikarenakan semakin malahnya cost politic  dan rendahnya pengawasan. Developmental state yang seharusnya menciptakan pemerintah yang good governance, namun  menjadi ladang para koruptor yang ingin mengeruk kekayaan pemerintah dengan mengandalkan wewenang dan kekuasaan yang dimilikinya.


Daftar Pustaka


Winanti, Poppy S. 2003. “Develeopmental State dan Tantangan Globalisasi : pengalaman Korea Selatan”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 7,  No. 2, halaman 175-204.
http://id.wikipedia.org/wiki/Repelita (diakses tanggal 6 juli 2012)

0 komentar:

Posting Komentar